Posts

Cinta?

Oleh: Noviopatra (2016) Cinta, adalah sebuah kata yang dapat menyatukan semua umat manusia. Karena hadirnya cinta, manusia dapat berkembang hingga sebagaimana dunia saat ini. Cinta dapat menyatukan pihak bertengkar. Cinta membuat kita merasa bahagia seiring dengan hormon dopamin yang membanjiri otak. Cinta, merupakan salah satu bukti dari kebesaran Allah SWT. Allah menjadikan segala sesuatu memiliki pasangan. Hal ini adalah nikmat yang harus disyukuri oleh manusia. Seperti yang tertera pada surat Adz-Dzariat (51) ayat 49. وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS 51:49). Hubungan cinta dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti cinta ibu kepada anaknya, atau bahkan cinta Allah SWT kepada hamba-Nya. Cinta Allah SWT diwujudkan juga dalam cinta dan kasih sayang sesama manusia. Hal ini salah satunya disebutkan dalam surah Al-Mumtahanah ayat 7.  عَسَى ال

Authoritative Parenting dan Pengasuhan Anak dalam Islam

Image
Departemen Pengembangan Psikologi Islam (P2I) Oleh: Dhia Annia Perkembangan anak merupakan isu yang selalu menarik dibahas dan seakan tidak ada habisnya. Berbagai metode baru pola asuh terus diperkenalkan demi mencapai tujuan tumbuhnya anak yang sehat baik secara fisik maupun mental. Pengasuhan sendiri menurut Hoghugi (2004 dalam Pristiwa, 2010) adalah aktivitas yang bertujuan untuk memastikan kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Islam sebagai agama yang lengkap dan universal tentu membahas pula bagaimana cara orangtua mendidik anak sesuai dengan ajaran dari-Nya. Namun bagaimanakah kesesuaiannya dengan konsep dan penemuan yang dikemukakan ilmu psikologi perkembangan? Bicara mengenai pola asuh, penelitian Diana Baumrind mengenai hubungan perilaku anak dengan pola asuh orangtua bisa dibilang memiliki pengaruh luas. Beberapa terminologi yang ia gunakan untuk menjelaskan tipe pola asuh adalah authoritarian parenting yang menekankan pada kontrol dan kepatuhan anak, permissive parentin

STRESS, GO AWAY!

Image
Oleh: Naiva Urfi Layyinah (2015) (Departemen Pengembangan Psikologi Islam) "Aduh, gue udah stres banget." “Lagi stres nih, jangan tambahin beban.” Keluhan semacam itu tak asing kita dengar atau bahkan kita lontarkan sendiri. Kalau kita dengar kata “stres”, seringkali yang terbesit dalam pikiran adalah masalah, beban-beban, atau hal buruk seperti contoh di atas. Namun, ternyata stres juga bisa disebabkan kejadian-kejadian yang tidak membahayakan. Stres yang memiliki konotasi positif atau euphoria disebut juga eustress (“Daily Life”, n.d.), misalnya ketika kita menghadapi penglaman seperti kejuaraan lomba, pernikahan, dan lain-lain. Sementara stres yang memiliki konotasi negatif disebut juga distress (“Daily Life”, n.d.), yaitu ketika kita menghadapi kesulitan. JADI, STRES ITU APA SIH? Cohen, Kessler, dan Gordon (1995) mengungkapkan bahwa stres psikologis (psychological stress) terjadi ketika kita merasa tuntutan lingkungan yang kita hadapi melebihi kapasitas diri kit

Dunia Menulis Itu Seperti Rumah

Image
Oleh: Naiva Urfi Layyinah Menulis, bagiku, seperti pulang. Dunia tulis-menulis adalah rumahnya. Aku sering pergi, tapi selalu merindu kembali. Pernah suatu kali, aku pergi lebih jauh dari biasanya. Saat itu, rumah rasanya luar biasa menjenuhkan. Tapi kemudian, aku hilang arah. Semua jadi asing, termasuk diriku sendiri. Lalu aku memutuskan pulang. Tahu apa yang kutemukan? Diriku yang sebenarnya. --- Aku dan dunia menulis, pertama kali berkenalan saat usiaku kurang lebih tujuh tahun. Berawal dari hobi membaca, lalu dimodalkan komputer dan dukungan orangtua, aku membangun dunia fiksiku sendiri. Sebagian waktu luangku mulai kuhabiskan di sana. Satu per satu file cerita-ku bertambah. Aku rutin meminta Papa untuk membaca dan berkat tanggapan positifnya, aku semakin giat menulis. Bertahun-tahun, dunia menulis akhirnya menjadi bagian penting dalam hidupku; menjadi rumahku. Semakin berkembang kemampuan kognitif, semakin luas bahan bacaan, semakin bervariasi pula cerita fiksi yang

Syukur Penenang Hati

Image
oleh: Hanny Fauziah (2015) Aku rasa, setiap dari kita di hari ini pasti sedang menghadapi setidaknya satu hal yang memberatkan pikiran atau hati kita masing-masing. Apapun itu yang bisa saja membuat senyum di wajah kita hilang seluruhnya atau menjadikan helaan nafas kita terasa menyesakkan. Pun aku. Akhir-akhir ini, semua hal berat itu bertumpuk-tumpuk datangnya. Satu permasalahan belum usai, datang yang lain hingga terkadang aku berpikir bahwa aku adalah orang paling menyedihkan sejagad raya. Bahkan tak jarang timbul pertanyaan—serupa keluhan—“Mengapa aku lagi, ya Allah...” Padahal, Allah mengaruniakan masalah itu pada semua orang yang mengaku bahwa ia mengimani-Nya—bukan hanya aku. Padahal, justru kehadiran hal-hal berat itu adalah salah satu penanda bahwa kita memang sedang hidup sungguhan—karena hidup tanpa masalah adalah hal yang mustahil, ‘kan? Padahal, justru bersama datangnya semua hal sulit itu Allah memberi banyak kesempatan untuk kita bertumbuh; jiwanya, hatinya, pemikir

Bagaimana Gambaran Jiwa yang Sehat Dalam Pandangan Islam?

Image
oleh: Haniva Ihsani Faisal Jiwa itu diciptakan. Bukan lahir begitu saja tanpa pencipta. Maka penting bagi kita yang ingin memahami jiwa secara lebih mendalam, untuk memahami sifat-sifat jiwa tersebut dari Sang Pencipta jiwa. Terutama agar kita mampu memaksimalkan potensi jiwa dan mengusahakan diri agar menjadi pribadi yang sehat jiwa. Berbagai bentuk kepribadian yang sehat telah dijelaskan melalui sudut pandang psikologi modern. Misalnya tokoh yang terkenal dengan teori hierarki kebutuhan manusia, Abraham Maslow. Maslow menganggap gambaran dari kepribadian yang sehat adalah mereka yang berhasil mengaktualisasi diri dengan mengembangkan berbagai potensinya, sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Kondisi jiwa yang sehat identik dengan output kepribadian yang sehat pula (Djumhana et al., 2003). Karakter kepribadian yang sehat dalam agama Islam dapat dijelaskan melalui konsep Ulul Albab, yang berarti 'orang orang berakal'. Konsep Ulul albab dapat dig

Hari Kunjung Perpustakaan 2017

Image
oleh Departemen Pengembangan Psikologi Islam Hari Kunjung Perpustakaan pertama kali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 14 September 1995 melihat begitu banyak manfaat baik dari membaca. Kita merasakan sendiri bahwa membaca dapat membuka wawasan kita dan dengan membaca pula kita dapat memahami bagaimana cara kerja berbagai macam hal di dunia ini. Dengan semangat itulah Hari Kunjung Perpustakaan juga diperingati dengan berdirinya Perpustakaan Nasional pada 17 Mei 1980 yang bertempat di Jakarta sebagai wadah bagi masyarakat untuk terus belajar demi kemajuan negara ini. Islam pun sangat mengedepankan ilmu dan memuliakan orang yang berilmu, terlebih lagi jika dengan ilmunya itu seseorang makin tunduk dan patuh dengan Tuhan-nya, yang telah menciptakan dia dan segala sesuatu yang ada di bumi maupun di langit, yakni Allah azza wa jalla. Dia berfirman:  “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa de