Hidup Hanya Sekali: Berp(r)esta(si)lah!




Oleh Aulia Nataningsih
Selamat Hari Pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia! Hari ini sangat patut kita rayakan karena saat ini kita sudah bebas untuk mempelajari apa saja tanpa adanya segmentasi rasial. Dengan cara apa? Banyak sekali. Bisa mulai dari mengucapkan selamat Hari Pendidikan di media sosial, membuat tulisan, atau pun meningkatkan kualitas belajar, dan tentunya berprestasi. Tulisan ini saya buat, pada akhirnya tercipta sebagai rasa syukur saya karena masih dapat belajar apapun yang saya inginkan hingga saat ini. Saya bisa membaca buku apapun yang saya ingin baca, mengikuti lomba apapun tanpa adanya kekangan dari orang lain, dan berdiskusi tentang ilmu apapun yang saya suka.
Berkaitan dengan Pendidikan yang saya jalani sekarang, rasanya banyak orang-orang yang telah memperjuangkan dengan sangat hebat. Bukan hanya sebatas orang tua saya, melainkan juga orang-orang terdahulu, yang bahkan tidak saya kenal. Mereka memperjuangkan hak perempuan untuk bisa masuk ke sekolah formal dan menuntut ilmu yang sama dengan laki-laki. Hasil perjuangan mereka lah yang kita rasakan saat ini. Ilmuwan wanita sudah banyak, bahkan penemuan mereka juga berpengaruh bagi ilmu pengetahuan. Jurnalis wanita sudah tak sulit ditemui. Tulisan mereka pun berpengaruh. Sejatinya, prestasi yang telah mereka hasilkan adalah bentuk syukur terhadap Pendidikan yang mereka dapatkan. Kemudian muncul pertanyaan, apa yang telah saya lakukan sebagai bentuk rasa syukur terhadap akses Pendidikan yang saya dapatkan? Atau jangan-jangan, pendidikan yang telah mereka perjuagkan hanya berujung formalitas dan sia-sia belaka?
Pertanyaan itu lah yang mendorong saya untuk terus memaksimalkan potensi yang ada, dengan kata lain: berprestasi. Ada kata ‘pesta’ dalam ‘berprestasi’ dan itulah cara saya berpesta, bersyukur atas apa yang ada saat ini, karena yang saya yakini bersyukur bukan hanya terucap, tapi juga terlaksana dengan aksi konkret.
Sebagai seorang, muslim, rasa syukur atas Pendidikan yang didapatkan saat ini sejatinya bukan hanya tertuju pada orang-orang yang telah memperjuangkan Pendidikan untuk saya. Namun, yang utama adalah kepada Allah SWT, karena kejadian apapun yang ada dalam dunia ini, peran dan izin-Nya lah yang seesungguhnya menjadi kunci. Jadi, prestasi bukan hanya bukti syukur untuk manusia melainkan bentuk konkret rasa syukur kita kepada-Nya.
Prestasi bukan hanya melulu soal juara 1,2, atau pun 3. Prestasi lebih dari itu. Saya menyukai dunia teknologi dan Pendidikan, ketika saya melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu dalam bidang teknologi dan Pendidikan, maka (bagi saya) hal tersebut juga termasuk prestasi. Berprestasilah dalam bidang yang kamu sukai. Bahkan Allah tidak pernah membatasi bentuk prestasi umatnya, kan?
Selain sebagai rasa syukur, sejatinya prestasi juga merupakan cara umat islam untuk menyebarkan kebaikan islam di muka bumi, atau biasa juga kita sebut sebagai dakwah. Jadi, menyebarkan kebaikan islam bukan melulu hanya soal ceramah tapi banyak hal lain yang dapat kita lakukan, salah satunya adalah berprestasi. Boleh dikatakan  jikalau belajar adalah ibadah, maka prestasi adalah dakwah”.
Untuk menutup tulisan ini, ingatlah bahwa apa yang dinikmati saat ini bukan dihasilkan oleh keringat seorang individu, namun diperjuangkan oleh orang banyak. Pertanggung jawaban atas ilmu yang saya dapatkan bukan hanya berujung pada orang tua saya, namun pada orang-orang di luar sana yang ikut memperjuangkan Pendidikan, dan tentunya Allah SWT.

Comments

Popular posts from this blog

Pengumuman Staff FUSI XV

Konsep Dasar Manusia: FreeWill atau Determinism?

Bagaimana Gambaran Jiwa yang Sehat Dalam Pandangan Islam?