Hari Kunjung Perpustakaan 2017




oleh Departemen Pengembangan Psikologi Islam


Hari Kunjung Perpustakaan pertama kali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 14 September 1995 melihat begitu banyak manfaat baik dari membaca. Kita merasakan sendiri bahwa membaca dapat membuka wawasan kita dan dengan membaca pula kita dapat memahami bagaimana cara kerja berbagai macam hal di dunia ini. Dengan semangat itulah Hari Kunjung Perpustakaan juga diperingati dengan berdirinya Perpustakaan Nasional pada 17 Mei 1980 yang bertempat di Jakarta sebagai wadah bagi masyarakat untuk terus belajar demi kemajuan negara ini.

Islam pun sangat mengedepankan ilmu dan memuliakan orang yang berilmu, terlebih lagi jika dengan ilmunya itu seseorang makin tunduk dan patuh dengan Tuhan-nya, yang telah menciptakan dia dan segala sesuatu yang ada di bumi maupun di langit, yakni Allah azza wa jalla. Dia berfirman:
 “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah: 11). Begitu pula sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Menuntut ilmu itu wajib (hukumnya) atas setiap muslim” (Shahihul Jami’ 3913)

Karena dengan ilmu-nya itulah yang menentukan apakah dia termasuk seorang yang selamat atau celaka. Beruntunglah orang yang dengan ilmu-nya dia dapat bermanfaat bagi banyak orang dan menjadi teladan yang baik karena ilmunya menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.
 Sebaliknya, celakalah orang yang dengan ilmunya dia semakin sombong, angkuh, dan lalai untuk mengingat Tuhan (dengan beribadah kepada-Nya) yang telah menjadikan dia berilmu.
 Dia berfirman "Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai” (QS. Ar Rum:7). Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Umumnya manusia tidak memiliki ilmu melainkan ilmu duniawi. Memang mereka maju dalam bidang usaha, akan tetapi hati mereka tertutup, tidak bisa mempelajari ilmu dienul islam untuk kebahagiaan akhirat mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/428)

Tentu kita berlindung dari sifat lalai dalam mengingat-Nya dengan memiliki bekal ilmu akhirat (e.g kenapa kita tidak boleh menyembah Tuhan selain-Nya dan harus meng-Esa-kan Dia dalam segala bentuk ibadah, mengapa kita harus Shalat dan apa urgensinya, dsb) yang cukup. Cukuplah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi pengingat kita para penuntut ilmu agar dapat meluangkan waktu untuk menambah wawasan kita tentang agama kita, terutama dalam masalah yang mendasar (tauhid, aqidah, bahasa arab, dsb)

“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam urusan akhiratnya.” (Shahih Jami’ Ash Shaghir)
Semangatlah wahai penuntut ilmu!

Samudra ‘warisan dari Nabi-mu’ masih sangat luas. Semoga keikhlasanmu dalam mengarunginya dapat menjadi ‘jalan pintas’  menuju jannah-Nya!





Comments

Popular posts from this blog

Pengumuman Staff FUSI XV

Konsep Dasar Manusia: FreeWill atau Determinism?

Bagaimana Gambaran Jiwa yang Sehat Dalam Pandangan Islam?