Kisah Fatimah Az Zahra: Perbaiki diri lakukan yang terbaik



 Kisah Fatimah Az Zahra: Perbaiki diri lakukan yang terbaik

Perbaiki diri lakukan yang terbaik!”
Beberapa saat yang lalu sempat mendengar sebuah jargon tersebut dari salah satu kajian yang diadakan di kota Bandung. Mendengar jargon tersebut menumbuhkan semangat bagiku untuk terus berbenah dan melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan. Menjadi hal yang sangat sering terjadi ketika muslimah selesai datang bulan, pasti saja kualitas menjadi menurun dan kurang bersemangat melakukan ibadah. Pun ketika bulan Ramadhan, kadang menurut semangat memulai tilawah, menghafal Qur’an, sholat Dhuha, dan membereskan rumah. Padahal, beban muslimah masa kini sangat jauh jika dibandingkan dengan muslimah pada zaman Rasulullah SAW.
Bila kita ingat-ingat lagi sejarahnya, ketika itu kaum muslimin dan muslimah pernah mengalami suatu masa peperangan yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Terbayang dong, bagaimana perjuangan mereka! Ketika itu perang yang terjadi adalah perang Khandaq. Dimana pada saat itu kaum muslimin mempersiapkannya dengan membangun parit yang sangat panjang untuk mempersiapkan perang yang sesungguhnya. Parit tersebut dibangun dalam keadaan berpuasa. Eits.. dalam perang tersebut bukan hanya laki-laki loh yang ikut berpartisipasi. Pada saat perang tersebut para perempuan juga turut membantu dalam persiapan makan dan keperluan lainnya. Salah satu shahabiyah yang berperan dalam peperangan tersebut adalah putri dari Rasulullah SAW sendiri, yaitu Fatimah Az-Zahra. Fatimah turut membantu dalam peperangan tersebut menyiapkan bekal makanan dan perlengkapan lainnya. Beliau menginfakkan dirinya pada perang tersebut dan senantiasa berpartisipasi dalam penyediaan perlengkapan dan kebutuhan bagi muslimin yang berjihad. Berkhidmat untuk umat. Bisa dibayangkan kan, shalihah, perjuangan mereka meskipun dalam keadaan berpuasa tidak menurunkan semangat mencari ridho Allah dengan berjuang di jalan-Nya.
Lalu... bagaimanakah dengan kita? Apakah kita diuji dengan kehidupan yang berat seperti Fatimah dan shahabiyah lainnya? Apakah kita diharuskan berjuang bersiap siaga dan waspada akan ancaman dari peperangan? Kita bahkan hidup dengan keadaan yang sangat nyaman, aman, dan tentram tidak ada ancaman dari pihak manapun karena kita tinggal di negara yang merdeka dan damai. Kita bisa merasakan nikmatnya sholat dengan aman, makan sahur dan berbuka dengan nikmat, kita bahkan memiliki lebih banyak waktu luang untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas tilawah Al-Qur’an tanpa harus diselimuti rasa kekhawatiran.
Untuk itu marilah kita perbaiki diri, mulai saat ini dengan melakukan yang terbaik dan membuktikan bahwa kita benar-benar dalam keadaan jatuh hati pada Allah. Dalam cara dan keadaan lain, kita bisa berkesempatan seperti Fatimah Az-Zahra, berkhidmat untuk umat.
Selamat beribadah, shalihah!

Comments

Popular posts from this blog

Pengumuman Staff FUSI XV

Konsep Dasar Manusia: FreeWill atau Determinism?

Bagaimana Gambaran Jiwa yang Sehat Dalam Pandangan Islam?